Sabtu, 16 April 2016

PENGAMATAN BUDIDAYA SAWI DAN KANGKUNG

Budidaya Sawi
·         Persiapan Lahan
Tentukan lahan yang strategis dan serasi, bersihkan dari gulma, kemudian olah tanah cukup dalam 30 cm hingga struktur tanah gembur. Biarkan tanah selama 10-15 hari.
·         Pembentukan Bedengan
Bentuk bedengan selebar 50 cm dan panjang bedengannya 100 cm. Pada setiap bedengan dibuat selokan (saluran air), agar drainase baik dan tanaman dapat tumbuh dengan subur. Lahan selanjutnya diberi pupuk dasar agar tanah tidak kekurangan unsur haranya. Luas arel bedengan dibuat sesuai dengan kebutuhan.
·         Pemupukan
Pada saat pembuatan bedengan tambahkan pupuk kandang yang disebar merata, kemudian dicampur dengan tanah sambil dibalikkan.
·         Persemaian Benih
Pilihlah lokasi tempat semai yang mendapat sinar matahari pagi, Semaikan benih sawi secara merata yaitu dengan membuat 5 garis lurus dan tiap-tiap garis berisikan 10 benih sawi, hal ini dilakukan agar mempermudah dalam penghitungan persentase benih yang tumbuh.
·         Pemindahan Benih
Jika benih telah tumbuh hingga memiliki 4 daun muda, ini berarti benih telah siap dipindahkan.
·         Penentuan Pola Tanam dan Penyiraman
Jarak tanam dari pinggir bedengan yaitu 5 cm dan jarak antar tanaman yaitu 5 cm dengan menggunakan pola tebar merata pada bedengan. Penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari bila tidak ada hujan dengan menggunakan air yang bersih agar terhindar dari benih gulma.

Budidaya Kangkung
·         Persiapan Lahan
Tentukan lahan yang strategis dan serasi, bersihkan dari gulma, kemudian olah tanah cukup dalam 30 cm hingga struktur tanah gembur. Biarkan tanah selama 10-15 hari.


·         Pembentukan Bedengan
Bentuk bedengan selebar 50 cm dan panjang bedengannya 100 cm. Pada setiap bedengan dibuat selokan (saluran air), agar drainase baik dan tanaman dapat tumbuh dengan subur. Lahan selanjutnya diberi pupuk dasar agar tanah tidak kekurangan unsur haranya. Luas arel bedengan dibuat sesuai dengan kebutuhan.
·         Pemupukan
Pada saat pembuatan bedengan tambahkan pupuk kandang yang disebar merata, kemudian dicampur dengan tanah sambil dibalikkan.
·         Penentuan Pola Tanam
Jarak tanam dari pinggir bedengan yaitu 5 cm dan jarak antar tanaman yaitu 5 cm dengan menggunakan pola tebar merata pada bedengan.
·         Pembuatan Lubang Tanam
Penanaman 50 benih disebar pada 16 lubang yang tiap-tiap lubangnya berisi 3 benih dan 1 lubang berisi 1 benih.
·         Penanaman Benih
Penanaman benih jangan terlalu dalam (sekitar 2 cm) agar benih lebih cepat berkecambah, kemudian tutup lubang tanam dengan tanah.
·         Penyiraman
Penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari bila tidak ada hujan dengan menggunakan air yang bersih agar terhindar dari benih gulma.

Hasil Pengamatan
1.      Prosentase perkecambahan pada sawi
Jumlah benih yang disebar: 50 benih
Jumlah yang berkecambah: 4 tanaman
% perkecambahan = (4/50) x 100%
                               = 8 %
            Jadi, prosentase perkecambahan pada tanaman sawi yaitu 8% dari 50 benih yang di semai.


2.      Prosentase perkecambahan pada kangkung
Jumlah benih yang disebar: 50 benih
Jumlah yang berkecambah: 10 tanaman
% perkecambahan = (10/50) x 100%
                               = 20 %
Jadi, prosentase perkecambahan pada tanaman kangkung yaitu 20 % dari 50 benih yang di semai.

3.      Tabel Pengamatan
Jenis tanaman
Minggu ke
Tinggi tanaman
Jumlah daun
Kangkung
I
3 cm
2

II
10 cm
8

III
18 cm
10

IV
25 cm
14
Sawi
I
3 cm
2

II
6 cm
6

III
9 cm
8

IV
13 cm
10

Pembahasan
            Pada minggu pertama  tanaman sawi yang tumbuh sebanyak 4 tanaman dengan jumlah daunnya 2 helai. Morfologi daun sewaktu baru berkecambah berbentuk oval. tinggi tanaman pada minggu pertama yaitu 2 cm. Pada minggu kedua jumlahnya tidak mengalami perubahan, jumlah daunnya 6 helai dan bentuk daunnya lonjong dengan tepi bergerigi. Tinggi tanaman pada minggu kedua yaitu 6 cm. Pada minggu ketiga jumlah tanaman tetap yaitu sebanyak 4 tanaman, jumlah daunnya 8 dengan bentuk lonjong dengan pertulangan daun menyirip dan tepi daunnya bergerigi serta ujung daunnya membulat. Tinggi tanaman pada minggu ketiga yaitu 9 cm. Pada minggu keempat jumlah tanaman sebanyak 4 tanaman, jumlah daunnya 10 helai dan bentuk lonjong dengan pertulangan daun menyirip dan tepi daunnya bergerigi serta ujung daunnya membulat. Pada minggu keempat tinggi tanamannya 14 cm. Pada tanaman sawi yang disebar banyak yang tidak tumbuh disebabkan beberapa faktor antara lain yaitu: keadaan tanah yang kurang baik, penyemaian benih yang tidak dalam sehingga benih hanyut saat disiram atau pada waktu hujan.
            Pada tanaman kangkung minggu pertama yang tumbuh 4 tanaman, dengan jumlah daun 2 helai, bentuk daun ketika baru berkecambah yaitu terbelah dua seperti huruf V dengan bentuk yang sama dan ujung daun membulat. Tinggi tanaman 3,5 cm. Pada minggu kedua jumlahnya bertambah menjadi 8 tanaman, dengan jumlah daun 8 helai, daun berbentuk perisai dan ujung daun runcing. Tinggi tanaman 7 cm. Pada minggu ketiga jumlahnya bertambah menjadi 10, dengan jumlah daun 10 helai, daun berbentuk perisai dan ujung daun runcing. Tinggi tanaman 15 cm. Pada minggu ketiga tetap 10 tanaman, dengan jumlah daun 14 helai, daun berbentuk perisai dan ujung daun runcing. Tinggi tanaman 23 cm. Pada tanaman kangkung yang disebar banyak yang tidak tumbuh disebabkan beberapa faktor antara lain yaitu: keadaan tanah yang kurang baik, penanaman benih yang dalam sehingga benih susah untuk tumbuh dan berkecambah.

Kesimpulan
Dari pengamatan pada tanaman sawi dan kangkung dapat disimpulkan antara lain yaitu:
1.      Prosentase perkecambahan pada tanaman sawi yaitu 8% dari 50 benih yang di semai.
2.      Prosentase perkecambahan pada tanaman kangkung yaitu 20 % dari 50 benih yang di semai.
3.      Pada tanaman sawi morfologi daunnya sewaktu baru berkecambah berbentuk oval, sedangkan pada tanaman kangkung bentuk daun ketika baru berkecambah yaitu terbelah dua seperti huruf V dengan bentuk yang sama dan ujung daun membulat.


Pola Persebaran pohon Kapuk (Ceiba petandra Gaertn.), Tanjung (Mimusops elengi L.), Kasia ( Casia siamea Lamk.), Ki Hujan (Samanea saman Merr.) di Lapangan Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Hasanuddin Makassar


Ki Hujan (Samanea saman Merr.)
            Pohon ki hujan (Samanea saman Merr.) dengan tinggi 10-25 m sangat rapuh, daun menyirip rangkap panjang sampai 30 cm, anak daun per sirip 2-10 ke arah ujung lebih besar berbentuk oval atau bulat telur terbalik. Bunga bongkol terdapat pada ketiak daun terkumpul 2-5 menjadi satu, panjang tangkainya 5-10 cm. Bersifat aktinomorf, kelopak berbentuk tabung berwarna hijau kemerah-merahan, bakal buah berambut, polong lurus atau bengkok sedikit, tidak bertangkai, tidak membuka, ditanam sebagai pohon peneduh. Perbanyakan alami tanaman ini dengan menggunakan biji.
 Tabel jarak persebaran pada Samanea saman Merr.
Anakan Ke
Jarak dari pohon induk
1
3,1 m
2
1,9 m
3
1,45 m
4
0,5 m
5
5,5 m
6
9 m
7
10,1 m
8
14 m
9
12 m
10
14 m
11
13 m


Gambar persebaran pada Samanea saman Merr.

Pohon Kasia ( Casia siamea Lamk.)
Pohon dengan tinggi 2-20 m, memiliki daun menyirip genap, anak daun oval sampai memanjang kerap kali melekuk ke dalam, bagian atas gundul dan mengkilap sedikit, bagian bawah berambut halus. Daun penumpu cepat rontok dan sangat kecil. Kelopak bunga terbagi menjadi 5, mahkota bunga berwarna kuning cerah, tangkai sari panjangnya ± 1 cm. Tangkai putik yang sama panjangnya dengan benang sari, buahnya termasuk buah polong dengan katup yang tebal dan sambungan buah yang tebal, biji berkeping dua, dalam satu buah dapat menghasilkan biji 20-30 biji. Perbanyakannya alaminya dengan menggunakan menggunakan biji.
Tabel jarak persebaran pada Kasia ( Casia siamea Lamk.)
Anakan Ke
Jarak dari pohon induk
Pohon induk ke
1
1,7 m
I (Satu)
2
10 m
I (Satu)
3
2 m
I (Satu)
4
7 m
I (Satu)
5
10,5 m
II (Dua)
6
6,5 m
II (Dua)
7
5,2 m
II (Dua)
8
4,1 m
I (Satu)
9
3,8 m
I (Satu)
10
2,3 m
II (Dua)

Gambar persebaran pada Kasia (Casia siamea Lamk.)







 

















Pohon Tanjung (Mimusops elengi L.)
Pohon tanjung (Mimusops elengi L) dengan tinggi sampai 15 m, daun panjang bulat telur-bulat memanjang, panjang 9-16 cm, yang termuda berambut coklat segera gundul. Bunga tunggal atau dua dalam ketiak daun, menggantung, berkelamin 2, berbau wangi. Daun kelopak dalam 2 karangan empat, perlahan-lahan menyempit. Mahkota sama panjangnya dengan kelopak, berwarna putih kotor, benang sari berjumlah 8 tertancap pada leher yang berambut dan berseling dengan staminodia yang ujungnya bergigi. Buah memanjang (2-3 cm) merah orange dengan kelopak yang tidak rontok. Biji 1 sisinya pipih berwarna hitam cokelat dalam daging buah berwarna muda. Perbanyakan alaminya dengan menggunakan biji.
Tabel jarak persebaran pada Tanjung (Mimusops elengi L.)
Anakan ke
Jarak dari pohon induk
1
2,5 m
2
1,5 m
3
1,5 m
4
3,5 m
5
3,5 m
6
3,5 m
7
1,5 m
8
2,5 m
9
2,5 m
10
2 m

Gambar penyebaran pada Tanjung (Mimusops elengi L.)
 
Pohon Kapuk (Ceiba petandra Gaertn.)
Pohon kapuk (Ceiba petandra Gaertn.) merupakan pohon dengan tinggi mencapai 70 m. Akar menyebar horizontal, di permukaan tanah. Batang dengan atau tanpa cabang, kadang-kadang berduri. Daun majemuk, berseling; memanjang - lanset, gundul. Bunga bisexual; kelopak menggenta, di bagian luar gundul; mahkota bunga memanjang-bulat telur terbalik, bersatu pada pangkal, biasanya berwarna putih kotor dengan bau seperti susu, di bagian dalam gundul dan di bagian luar berambut lebat seperti sutra; benang sari bersatu pada pangkal dalam kolom staminal, kepala sari bergelung atau seperti ginjal. Buah ketika masak berubah menjadi coklat, dengan banyak biji. Biji bulat telur, coklat tua, putih, kuning muda atau berwarna seperti sutra. Persebaran alaminya dengan menggunakan biji.
Tabel jarak persebaran pada pohon Kapuk (Ceiba petandra Gaertn.)
Anakan ke
Jarak dari pohon induk
1
6,5 m
2
5,5 m
3
5,6 m
4
5,8 m
5
10 m
6
8,5 m
7
8,5 m
8
6,8 m
9
6,7 m
10
6,6 m

Gambar persebaran pada pohon Kapuk (Ceiba petandra Gaertn.)


 Pada pohon beringin tidak ada biji yang berkecambah di bawah pohon induknya ini mungkin disebabkan buah beringin tersebut tidak dicerna oleh burung sehingga dormansi pada biji belum terpecahkan oleh enzim pencernaan pada burung. Tipe penyebaran pada tanaman beringin yaitu dengan bantuan burung (ornitokory) sehingga dormansi pada biji telah pecah akibat enzim pada sistem percernaan pada burung tersebut. Atau bisa juga perkecambahannya terhambat oleh adanya persaingan antara pohon induk dan anakan dan penyerapan nutrisi. Mungkin dan buah beringin tersebut terdapat senyawa yang menghambat pecahnya dormansi pada biji, sehingga tidak ada biji yang berkecambah.